Original price was: Rp 95.000.Rp 90.000Current price is: Rp 90.000.
Penulis : Dewi Kusumaningsih
Editor : Akhsanul In’am dan Sri Rahayu NJ
Tebal : 156 halaman
ISBN : 978-623-6658-67-3
Ukuran : 15 x 23 cm
Kertas Isi : Bookpaper premium 64gr
Kertas Sampul : Ivory 230gr
Sampul : Soft
Laminasi : Doff
Jilid : Perfect bending
Cetakan I : Januari 2021
Penerbit : Bildung bekerja sama dengan Amca dan Universitas Veteran Bangun Nusantara Sukoharjo
Monograf ini merupakan hasil penelitian saya yang sudah lama tidak dimanfaatkan untuk menyebarkan ilmu dan informasi. Bentuk sapaan adalah salah satu ilmu dari linguistik khusus dari kajian sosiolinguistik yang sering dipakai dalam komunikasi sosial antarpenutur bahasa. Salah satu objek penggunaan bentuk sapaan adalah penggunaannya dalam bahasa Pedalangan. Pedalangan merupakan pertujukkan drama tradisional yang sarat dengan penggunaan bentuk sapaan. Dialog yang dilakukan dalang seolah memeragakan komunikasi dalam kehidupan nyata. Gaya Surakarta dalam pedalangan dianggap bentuk yang pakem.
Temuan penggunaan bentuk-bentuk sapaan dalam bahasa Pedalangan ini didominasi oleh bentuk sapaan perkerabatan. Perkerabatan yang diambil adalah perkerabatan dua kelompok keluarga yairu keluarga Pandawa dan Kurawa. Bentuk sapaan perkerabatan dipakai dan diperluas dengan penambahan nama, jabatan/gelar, atau domisili O2. Bentuk ini paling sering dipergunakan dengan keinginan untuk spesifikasi dan menghormati O2. Ada bentuk sapaan khusus yang hanya ditemui dalam bahasa pedalangan yang dipergunakan oleh tokoh Werkudara kepada hampir semua yang disapa, bentuk sapaan tersebut disusun terbalik misalnya Durna guruku, Jamprong adhiku, Kresna kakangku. Bentuk sapaan ini menjadi ciri khas tokoh Werkudoro. Ditemukan pula bentuk sapaan yang juga ekskusif dalam bahasa pedalangan yaitu kulup yang kolokial dengan thole / le ‘nak’ untuk anak laki-laki dalam bahasa Jawa. Bentuk sapaan thole / le mempunyai kontras yaitu gendhuk/ nduk ‘nak’ untuk anak perempuan. Hubungan antara O1 dan O2 dilihat dari bentuk sapaan yang muncul bersifat vertikal, horisontal, formal, dan nonformal. Fungsi pemakaian bentuk-bentuk sapaan tersebut adalah untuk menunjukkan kedudukan antartokoh di dalam berinteraksi dan sebagai penanda kohesi sosial menurut tatanan masyarakat Jawa. Semoga objek penelitian bentuk sapaan dalam bahasa pedalangan gaya Surakarta ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Weight | 0,5 kg |
---|